Saturday 2 August 2008

vocation on vacation

Dari sekitar dua bulan liburan, lumayan banyak pelajaran yang saya dapat. Sejak awal liburan, saya kekeuh pengen banget cari pengalaman kerja alias magang. Tapi apa daya, sampai sekarang tetap ngga ada titik terang dan akhirnya saya menyerah. Apalagi mengingat liburan sudah tinggal sebulan. Mau magang dimana dengan waktu sesingkat itu? Huhu. Tapi saya ngga terlalu kecewa. Setidaknya saya sempat menjalani sebuah pekerjaan. Hmm. Mungkin sebenarnya kurang pantas dibilang pekerjaaan karena cuma sekedar menjadi surveyor untuk suatu proyek LSM. But it’s OK. Saya yang tadinya fokus ingin mencari pengalaman malah terjebak dalam kegiatan mengumpulkan rupiah. Mau bagaimana lagi? Money talks. Alhasil, saya jalani juga ‘pekerjaan’ yang kurang saya nikmati prosesnya itu. For what? First, for the coins, of course. Selain itu, yah hitung-hitung daripada nganggur dan cuma menimbun lemak di rumah kalau kata mamanya teman saya.

God has His plan, as we always hear that. Mungkin agak norak dan berlebihan kalau quote itu saya terapkan di cerita ini but that’s what I feel. Bukan cuma segemerincing koin yang saya dapat sebagai bayaran tapi juga pengalaman. Menurut saya, lebih tepat dibilang pengalaman hidup daripada pengalaman kerja. Bertemu berbagai karakter orang, mendengar berbagai kisah hidup yang tidak saya temui di buku.

Tahukah anda, bahwa seorang penjual sayur di pasar bisa mengantongi uang satu juta rupiah sebagai penghasilan bersihnya setiap hari? Cool. Saya sampai sempat berpikir, ‘Apa gue ngga usah kuliah, terus jualan sayur aja yah?’ Haha. Tapi tenang saja. Saya ngga benar-benar berniat putus kuliah kok. Siapa sangka saya bisa mendapat lebih dari satu cerita dari hanya satu orang. Selain penghasilannya yang wah, rasa simpati saya tergelitik mendengar sang responden telah empat puluh hari ditinggal oleh ayahnya. Hati saya mencelos (yes, that’s the word). Astaga. Saya masih harus menanyakan berbagai hal whereas I just wanted to sit there and let her shared her sad feeling. Apalagi matanya sudah berkaca-kaca. But all I did was just holding her hand and said ‘Sabar yah’ dan wawancara pun berlanjut. Oh I know I’ve never been so good to comfort someone and I feel bad for that.

Lalu ada bapak tukang ojek yang menolak waktu saya kasih souvenir seusai wawancara. Dikiranya saya minta bayaran. Begitu dia tahu kalau itu tanda terima kasih atas wawancara saya, which means gratis, senyumnya langsung melebar. Souvenir berupa sepaket alat tulis untuk anaknya yang kelas lima SD itu langsung dimasukkan ke bagasi motornya. I know how happy he was and I was so happy for him too. Biarpun hadiah itu dari LSM, bukan dari saya pribadi.

Masih banyak cerita lainnya dan masih banyak pula karakter di masing-masing cerita. Tapi sudahlah. Kalau ceritanya tambah panjang, nanti anda-anda yang hanya sekian orang ini keburu tidur membacanya. ^^

2 comments:

  1. cie pengalaman hidup. gw kira yang "God has His plans' itu maksud lo elo dipertemukan sama duda erick. hhahaha GELAY!

    ReplyDelete
  2. tulis donk ttg beberapa jam di kemang festival... dari mulai lipgloss hingga the babilonians..hahaha

    ReplyDelete