Monday 30 June 2008

friendship for real

teman adalah hal yang paling utama buat hidup gue. ada orang yang menganggap keluarga sebagai prioritas utama, tapi lain sama gue. bukan berarti gue menomorduakan keluarga, mereka menjadi penting buat gue karena gue menganggap dan memperlakukan mereka selayaknya teman. jelas ada aturan main tertentu, mengingat teman itu adalah si bapak dan si ibu.

semua teman dalam hidup gue punya porsinya masing-masing. pertanyaan paling susah buat gue mungkin, 'siapa teman yang paling deket?' karena buat gue, yang judulnya teman dekat-atau yang sering disebut sahabat atau bahkan ada yang bilang 'sobi' atau 'sebelas-dua belas' atau apapun sebutannya-, sangatlah banyak. i am blessed to have them all. dekat punya versi berbeda-beda dalam pertemanan gue. dekat dengan si A beda dekatnya dengan si O dan begitu seterusnya. gue ga bakal bisa kalau disuruh ngasih award ke teman yang paling dekat sama gue. dan gue ngerasa, apa yang temen gue liat di diri gue juga ga sama antar satu dengan yang lainnya. ibaratnya, ada yang ngelirik gue dari kanan, ada yang ngintip dari bawah, ada yang melototin dari depan, ada juga yang ngelilingin gue dan ngeliat dari atas sampe bawah. semua terserah mereka dan gue menghargai itu.

loosing a friend is another story. rasanya ga enak banget dan gue sangat menyayangkan kalau sampai hal itu terjadi. punya teman yang super dekat tapi dalam tiga tahun, pertemanan itu bisa pudar dengan gradasi yang teratur. mulai dari telepon yang berdering sehari tiga kali pada tahun pertama, sehari cukup sekali pada tahun kedua, dan almost loose contact pada tahun terakhir. padahal dalam enam hari seminggu si teman ini masih bertemu. ternyata bisa yah pertemanan itu dibina cuma gara-gara sekelas dan setelah itu bubar. seakan-akan kontrak habis dan kita pindah ke proyek selanjutnya.

kalau soal teman yang ngomongin di belakang mungkin memang udah banyak dan biasa. tapi gue pribadi sangat ngga suka dengan hal itu. dan gue ngga mau ambil pusing karena buat gue, mereka cuma pengecut yang beraninya ngomong di balik layar. itu jelas bukan teman dekat buat gue. they're not even worth to think about. kalau memang teman, ngga usah takut buat ngomong apa adanya di muka. sepahit apapun, sejelek apapun. justru teman yang baik adalah teman yang bukan cuma ngomongin kebaikan temannya tapi juga kejelekannya, itu yang selalu gue inget dari bocah. backstabber sendiri menjadi bumbu yang baru dalam hidup gue. still, gue kurang peduli dengan hal itu. like i care. doh! gue selalu mencari hal positif dari semua kejadian. buat kasus backstabber ini, gue sangat bersyukur punya teman yang 'satu kubu'. temen yang ngelapor gimana orang bercengkerama di balik punggung gue (tanpa ada sedikit pun profesi sebagai pengadu, cuma concern sama temennya yang satu ini. hehe.) seneng juga ngeliat teman satu kubu itu lebih 'panas' menanggapi segala kelakuan si oknum daripada gue sendiri. mungkin kalau mereka ngga gitu, gue yang bakal naik pitam. dan untungnya lagi buat gue, emosi gue udah ga se-error dulu. masih sangat belum bisa dibilang 'sabar' tapi at least better than i used to be.

satu lagi, ngga perlu ada rasa ngga-enak-ngga-enakan sama yang namanya teman. gue paling males sama typical tante-tante yang suka sodor-sodoran uang buat bayar makan or whatever.
'saya aja'
'udah, saya aja.'
'ngga usah, saya aja.'
ngga usah bayar aja sekalian, tan. kalau lo bilang lo yang mau bayar, ya udah. i'll say thank's. dan gue ngga akan repot-repot mikirin waktu yang tepat untuk gantian nraktir. gue bukan orang yang perhitungan. kalau gue lagi berpunya dan berniat, yuk sini gue bayarin. kalau ngga, yah patungan. beres kan?
ngga perlu juga yang namanya takut garing. yang namanya teman dekat pasti bisa mebuat lo nyaman kalau lagi barengan, with or without words. punya teman dimana lo bisa nyaman saat lagi berdua dan cuma diem-dieman, itu yang gue sebut sahabat. ngga ada acara canggung dan bingung cari-cari bahan omongan.

ada quote menarik yang gue dapet saat ga sengaja milih channel tv yang lagi nayangin acara infotainment. kalau ngga salah dari sekelompok pelawak yang judulnya 'bajaj' (bless them). katanya, 'pertemanan itu ngga perlu dijaga. pertemanan yang udah dijaga itu justru yang bahaya.'

Wednesday 25 June 2008

i'm not working for the sake of money, prince erick

hampir dua minggu terakhir saya dan beberapa kawan bersusah-susah dan tertatih-tatih demi segepok uang, bukannya sesuap nasi. ternyata semua tak semudah yang dibayangkan. uang memang menggiurkan, pekerjaannya pun tidak sesulit penggali tambang, tapi berkali-kali saya berpikir, 'i'm not belonged here.' dengan sedikit kerja keras dan tipuan yang cukup.. hmm.. boleh dibilang banyak, sebentar lagi saya akan memanen rupiah. tapi ada rasa bersalah. ada perasaan berdosa, seakan-akan saya baru saja menipu uang orang. Oh my dear lord, i really do appreciate your gift but i can't earn a quite big gift with a bigger guilt in my heart. saya orang yang tidak suka dengan penyesalan. maka sayapun tidak menyesal telah menjalani semua ini. banyak hal baru yang saya pelajari. pertama, mencari uang jelaslah bukan hal yang gampang. kedua, banyak karakter-karakter baru yang saya temui. terakhir, makin banyaklah orang yang akan bertegur sapa dengan saya sepanjang jalan pulang dari sekolah nantinya. oh ya, dan tentunya, i earn money.

Sunday 8 June 2008

holiday - to do list

just things i think to do during holidays or will you say, holly-days.
1. get an internship, meaning no napping all day long.
2. traveling, near or far
3. learn something new; Japanese, clothing, cooking, anything!
4. clean up all the messy stuffs i made ever since i-was-to-busy-with-school
5. have a hair cut!
6. earn money, spend money
7. enjoy life

feminism vs feminim

ada begitu banyak tipe dan karakter perempuan di dunia ini. ada yang berjuang demi kesetaraan gender, ada pula yang rela tertindas. Ada yang 'boyish', ada pula yang 'girly'. Tapi perempuan yang lembek, itu yang tidak masuk dalam cacatan. Perempuan-perempuan yang cenderung mengeluh bila terpaksa berjalan kaki sepanjang seratus meter. Perempuan yang manja dan selalu merengek. Permpuan yang menggunakan 'perempuan' sebagai alasan agar dimaklumi. Perempuan-perempuan macam inilah yang membuat kaum feminis malu. Malu karena memperjuangkan hak-hak perempuan manja. Apa yang selama ini diteriakkan kaum feminis menjadi kata-kata hampa saat seorang perempuan megngunakan alasan, "Kami kan perempuan." sebagai pelarian dari kewajibannya. Dididik di sekolah homogen memang membawa pengaruh yang cukup besar bagi seseorang. Perempuan tidak lagi mau dibedakan dengan kaum pria. Mulai dari soal yang kecil, mengangkat barang. Jangan lemah sebagai perempuan dan berkata, 'Aku kan perempuan. Kenapa bukan laki-laki yang membawa barang berat itu?' Dengan begitu perempuan sudah menjatuhkan kemampuannya sendiri. Untuk apa bertumpu pada orang lain? Berpangku tangan dan menunggu orang lain untuk menuntun? Jangan jadi perempuan yang lemah! Jangan lembek! Coba hargai diri sendiri sebagai perempuan sebelum berharap gender lain memandang perempuan dengan hormat.