Thursday, 9 April 2009

menukarkan masa depan bangsa dengan secangkir kopi

jakarta lengang. beberapa titik tampak ramai-sepi selama beberapa jam. hari ini (08/04) adalah hari yang telah lama ramai dibicarakan. mulai dari kampanye yang berlangsung beberapa waktu lalu, munculnya kelompok frontal di dunia maya, dan juga kontroversi-kontroversi lainnya.


pemilu kali ini entah bisa disebut jurdil atau tidak. bagaimana bisa adil kalau masih ada saja warga negara yang tidak dapat memilih karena tak tercatat di TPU setempat. bukan berarti semua warga mati-matian berusaha menggunakan hak pilihnya, banyak pula yang tidak menunjukkan minatnya sama sekali. entah karena mereka tidak mengenal pilihan-pilhan yang tersedia, atau karena mereka tak terpengaruh rayuan gombal semanis apapun.

mungkin karena adanya orang-orang yang berencana tidak melakukan contreng-mencontreng itulah, maka muncul iming-iming reward. ada rayuan pulau kelapa berupa secangkir kopi hitam di kedai kopi ternama. ada pula tawaran potongan setengah harga di 'dunia penuh fantasi' ataupun 'taman bertabur impian'. apa untuk menentukan masa depan bangsa diperlukan tawaran macam itu? apa perlu secangkir kopi pahit untuk mendorong orang dalam menggunakan hak pilihnya?

siapa yang bisa memaksa orang yang tak mau memilih? bukan salah mereka kalau tidak mau mencontreng. bukan salah mereka untuk tidak percaya pada semua wajah tak dikenal yang terpampang di spanduk. bukan salah mereka pula bila merasa bahwa kampanye, apalagi cuti kampanye, hanyalah ego individu belaka. bisa-bisanya presiden dan wakilnya cuti kampanye, padahal mereka sudah diberi kesempatan untuk berkampanye selama lima tahun belakangan. lima tahun kampanye tanpa perlu memasang spanduk tapi masih juga minta cuti.

biarlah manusia berlomba-lomba berebut uang dan popularitas.
terserah mereka yang mengibarkan kekuasaan di balik bendera demokrasi.
maka maklumi juga orang yang membuang hak pilihnya.

foto: www.calegindonesia.com

4 comments:

  1. akhirnya "'dunia penuh fantasi' ataupun 'taman bertabur impian'" ya.

    ReplyDelete
  2. wow this is a great post koh. hehe. tumben BOBOT. HAHA. nice nice.

    yeah, totally agreed tuh. presiden harusnya ga pake cuti kampanye. lol.

    ReplyDelete
  3. nice post kom, setuju ama bele, "tumben" hahay :p ..btw gw mau nanya sama lho, mgkn klo gw baca dari post lo ini, lo aga jengah ama yg namanya demokrasi? kalo sistem kengeraan kita diubah ke dalam bntk kekahlifahan ( berdarkan syariat islam ) lo setuju? *no sara ya kom, piss :) *inspirasi dari notenya hendra

    ReplyDelete
  4. bukannya jengah sama demokrasi. tapi jengah sama demokrasi yang ada di indonesia ini. apa benar itu yang namanya demokrasi? kalau buka puasa bersama aja ada aturannya: bebas tapi sopan. seharusnya untuk demokrasi juga dong. bebas berpendapat tapi tolong ikuti aturan dan batasannya. kalau demokrasi diartikan semua orang bebas dalam arti sebbebas-bebasnya sampai tukang somay mau jadi caleg, yah masing2 orang bikin aja negara sendiri2.

    kalau sistem kenegaraan memakai bentuk kekahlifahan, jelas gue sangat tidak setuju. gue sangat ga suka kalau sistem pemerintahan dicampuradukan dengan sistem keagamaan. *yah apalagi gue sangat ga ngerti dengan aturan2 dalam hukum agama apapun.

    ReplyDelete